KARAKTERISTIK
PEMBELAJARAN PAI (TUJUAN, SUMBER, SIFAT PENGAJARAN, dan NILAI - NILAI
PENGAJARAN)
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Khairunnas
Rajab, M.Ag
Oleh :
MADAYANSYAH TAMBUNAN
NIM : 21491106341
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
SULTAN SYARIF
KASIM RIAU
PEKANBARU
2015 M/1436 H
|
“Tuhanku telah
mendidikku sehingga terbaiklah pendidikanku”[1]
A. Karakteristik Ajaran Islam
Dalam Pusat
Kurikulum Depdiknas , tujuan pendidikan
Agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehinggga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal ke imanan, ketakwaan kepada Allah SWT. Serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi , bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Kita sema tentu
mengenal Islam, tetapi masalahnya Islam yang bagaimanakah yang kita kenal itu,
sebenarnya masih jadi persoalan yang harus perlu didiskusikan lebih lanjut.
Misalnya mengenal Islam dalam potret yang ditampilkan Iqbal dengan nuansa
filososofisnya dan sufistiknya.[2]
Demikan pula
Islam ditampilkan oleh pemikiran-pemikiran dai Iran seperti Ali Syariaati,
Sayyed Hussein Nasr, Murthadha Muthahhari, para pemikir Islam dari Iran ini
terkesan banyak mengusai pemikiran Filsafat Modern serta ilmu-ilm sosial dari
barat.[3]
Adapun
Karakteristik ajaran Islam Itu sendiri adalah sebagai berikut:[4]
1. Dalam
Bidang Agama
Karakteristik
ajatan Islam dalam bidang agama disamping mengakui adanya Pluralisme sebagai
suatu pernyataan, juga mengakui adanya universatisme, yakni mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik dan mengajak
pada keselamatan. Dengan demikian, karakteristik agama islam dalam visi
keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai
karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian
Tuhan.
2.
Dalam Bidang
Ibadah
Karakteristik ajaran islam
selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya dalam bidang ibadah sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Allah dan mentaati segala perintah-Nya menjauhi segala
larangan-Nya dan mengamalkan segala yang di izinkan-Nya. Dengan demikian visi
Islam itu sendiri adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran Islam itu
sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia sebagai makhluk yang hanya
diperintahkan agar beribadah kepada-Nya.
3.
Dalam Bidang
Akidah
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui dalam
bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya
maupun prosesnya. Yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disebah
hanya Allah. Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung tidak boleh ada
perantara.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati
tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib di sembah ucapan dengan lisan dalam
bentuk dua kalimat syahadat, yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan
bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusa-Nya, perbuatan dengan amal sholeh.
Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qrdawi menyatakan bahwa
iman menurut pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam
hati, dengan penuh ke yakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.[5]
Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan
dalam hati, melainkan pada tahap selanjudnya harus menjadi acuan dan dasar
dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal
sholeh.
4. Bidang
Ilmu Dan Kebudayaan
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan
kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi jiga selektif.Akomodati dalam
menerima berbagai masukan dari luar, tapi bersamaan dengan itu Islam juga
selektif, yakni tidak begitu saja menerima semua jenis ilmu dan kebudayaan,
melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam.Bagaimanapun, Islam
adala sebuah praradigma terbuka.Ia merupakan mata rantai peradaban dunia. Dalam
sejarah kita melihat Islam mewarisi peradaban Yunani-Romawi di Barat, dan
peradaban-peradaban Persia India, dan Cina di Timur. Selama abad VII sampai XV,
ketika peradaban besar di Barat dan Timur itu tenggelam dan mengalami
kemerosotan, Islam bertindak sebagai pewaris utamanya untuk kemudian diambil
alih oleh peradaban Barat sekarang malalui Renaiissans. Dalam kurun waktu selam
delapan abad itu, Islam bahkan mengembangkan warisan-warisan ilmu pengetahuan
adan teknologi dari peradaban-peradaban tersebut.
Banyak contoh yang dapat dijadikan bukti tentang
peranan Islam sebagai mata rantai peradaban dunia.Islam minsalnya mengembangkan
ilmu matematika India.Ilmu kedokteran dari Cina, system pemerintah dari Persia,
logika dari Yunani, dan sebagainya. Jadi, untuk pengkajian tertentu Islam
menolak logoka Yunani yang sangat rasional untuk diganti dengan caraberfikir
intuitif yang lebih menekankan rasa seperti yang dikenal dalam tasawuf.
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan
kebudayaan tersebut dapat pula dilihat dari 5 ayat pertama surat al-Alaq yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.[6]
Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan
cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan sebagainya. Demikian
pentingnya ilmu ini hingga Islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama
nilainya dengan jihad dijalan Allah.
5. Bidang
Pendidikan
Sejalan dengan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan tersebut diatas, Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang
pendidikan.Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak setiap orang laki-laki
atau perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat.Semua aspek yang berkaitan
dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat al-Alaq sebagai mana
disebut diatas. Dalam al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, pembinasaan, kerja wisata, cerita,
hokum, nasihat, dan sebagainya.
6. Bidang
Ekonomi
Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dipahami
dari kosepsinya dalam bidang kehidupan.Urusan dunia di kejar dalam rangka
mengejar kehidupan akhirat dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia.Orang yang
baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia adalah
alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan
dunia.
Alam raya ini suatu yang diciptakan Tuhan untuk
dimanfaatkan manusia, dan bukan sekali-kali untuk dijadikan objek penyembahan
sebagaiman dijumpai pada masyarakat primtif.Alam raya dengan segala
keindahannya adalah ciptaan Tuhan.Kita tahu bahwa dialam raya in I dijumpai
berbagai ajaiban dan kekaguman.
7. Dalam
Bidang Kesehatan
Ciri khas ajaran Islam selanjutnya
dapat dilihat dalam konsepnya mengenai kesehatan.Ajaran Islam tentang kesehatan
berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan dari pada penyembuhan.
Berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk kitab
suci dan sunnah Nabi SAW, yang pada dasarnya mengarah kepada pencegahan.
Kebersihan
lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempattinggal,lingkungan sekitar,
badan, makanan, minuman, dan lain sebagainya.
8. Dalam
Bdang Politik
Ciri ajaran Islan selanjutnya dapat
diketahui melalui konsepsinya dalam bidang politik. Dalam al-Qur’an surat
an-Nisa ayat 156 terdapat menaati ulil amri yang terjemahaannya termasuk
penguasa dalam bidang politik, pemerintah, dan Negara. Dalam hal ini Islam
tidak mengajarkan ketaatan buta terhadab pemimpin.Jika pemimpin tersebut
berpegang teguh pada tuntutan Allah dan Rasul-Nya, maka wajib di taati,
sebaliknya.
Masalah politik ini selanjutnya
berhubungan dengan bentuk pemerintahan.Oleh karenanya setiap bangsa boleh saja
menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya.Namun, yang
terpenting bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan sebagai alat untuk
menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian, den
ketenteraman masyarakat.
9.
Dalam Bidang Pekerjaan
Karakteristik ajaran Islam lebih lanjut dapat diihat
dari ajarannya mengenai kerja, Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah
kepada Allah SWT. Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja
yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah SWT, dan kerja yang
bermanfaat bagi orang lain.
Untuk menghasilkan pruduk pekerjaan yang bermutu,
Islam memandang kerja yang dilakukan adalah kerja professional, yaitu kerja
yang didukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan, dan
seterusnya.
10. Dalam Bidang
Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Selain ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang
kehidupan dengan ciri-ciri yang khas tersebut, Islam juga telah tampil sebagai
sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu ke Islaman. Menurut peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu ke Islaman adalah
al-Qu’an/Tafsir, Hadits/Ilmu hadits, Ilmu kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum
Islam/Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan pendidikan Islam.
Jauh sebelum itu, Harun Nasution mengatakan bahwa
Islam berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya mempunyai satu dua
aspek. Islam sebenarnya mempunyai aspek tiologi, aspek ibadah, aspek moral,
aspek mistisisme, aspek filsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan, dan
sebagainya.
Dari beberapa mengenai karakteristik ajaran Islam yang
secara dominan ditandai oleh pendekatan normative, historis, dan filosofis
tersebut dilihat bahwa ajaran Islam memiliki ciri-ciri yang secara keseluruhan
amat ideal.Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka,
kebersamaan, egaliter, kerja keras yang bermutu, demokratis, adil, seimbang
antara hubungan dunia dan akhirat, berharta, memiliki kepekaan terhadap
masala-masalah social kemasyarakatan. Mengutamakan pencegahan dari pada
penyembuhan dalam bidang kesehatan dengan cara memperhatikan segi kebersihan
badan, pakaian, makanan, tempat tinggal, lingkungan, dan sebagainya. Islam juga
telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu ke Islaman dengan berbagai cabangnya.
B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Istilah “tujuan”
atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat
atau ahdaf atau maqasid. Sedangkan
dalam bahasa inggris istilah tujuan dinyatakan dengan “gool” atau purpose
atau objective atau aim. Secara umum istilah istilah itu mengandung
pengerian yang sama, yaitu suatu perbuatan atau yang hendak dicapai
melalui upaya atau aktivitas.[7]
Dalam dunia
pendidikan istilah pembelajaran sangat tidak asing lagi bagi kita, istilah
pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok
orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke
arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Dengan demikian,
pembelajaran pada hakikatnya merupakan
kegiatan rencana yang mengondisikan/ merangsang seseorang agar bisa
belajardengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu
tujuan pembejaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok, yaitu:
Pertama,
bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan
belajar
Kedua,
bagaimana orang melakukan tindakan penyampaianilmu pengetahuan melalui kegiatan
mengajar.
Kemudian berbicara tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, maka perlu
kiranya diketahui pengertian Pendidikan secara umum sebagai titik tolak
memberikan pengertian Islam.
Menurut Hasbullah dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,
disebutkan bahwa Pendidikan adalah suatu proses bimbingan , tuntunan atau
pimpinanyang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik
tujuan dan sebagainya.[8]
Sedangkan menurut Drs. M. Ngalim
Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, disebutkan bahwa
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.[9]
Jadi pada dasarnya pendidikan dalam
pengertian tersebut di atas, adalah terjadinya pergaulan antara orang dewasa
dengan anak-anak. Pergaulan yang di maksud adalah pergaulan yang dapat menolong
anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya atas
tanggung jawab sendiri.
Pendidikan dalam konteks islam yaitu
bimbingan terhadap perkembangan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan
hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran
islam.[10]
Dari beberapa pendapat di atas bahwa
dapat disimpulkan secara sederhana makna Pendidikan itu sendiri ialah pengorbanan yang diberikan dengan
sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai
tingkat dewasa supaya kedepannya dia
akan lebih matang menghadapi masalah yang dihadapinya . Di sini
yang menonjolkan adalah pemberian bantuan secara sengaja atau secara sadar
kepada anak dengan tujuan agar anak tersebut dapat mencapai tingkat
kedewasaannya.
Dengan demikian dari keseluruhan
pengertian pembelajarandan pendidikan di
atas, dapat di simpulkan bahwa pembelajaran pendidikan Agama Islam pada hakekatnya adalah ikhtiar manusia untuk
membantu dan mengarahkan fitrah manusia supaya berkembang sampai pada taraf Insan
Kamil.
Abu Ahmadi mengatakan bahwa
tahap-tahap tujuan pendidikan Islam itu meliputi:[11]
1.
Tujuan
Tertinggi /Terakhir dimana tujuan ini bersifat mutlak , tidak mengalami
perubahandan berlaku umum, yang biasa disebut Insanulkamil
a. Menjadi
Hamba Allah
Tujuan tertinggipembelajaran pendidikan Agama Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam,
pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah.
Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.Islam menghendaki
agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana
yang telah digariskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran:[12]
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#urwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya
mereka beribadah kepada-Ku”.
Kita ketahui bersama bahwa kebanyakan orang mengira ibadah itu hanya
bertujuan untuk menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan,
mengeluarkan Zakat, ibadah Haji, serta
mengucapkan Syahadat. Padahal sebenarnya ibadah itu mencakup semua
amal perbuatan yang
baik, pikiran, dan perasaan yang
dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban
orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang
benar sehingga
manusia itu sendiri bisa selamat di dunia sampai menuju kehidupan yang abadi di
akhirat nantunyi, karena ibadah ialah
jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan
manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan
dengan Allah SWT.
Oleh karena itu kita sebagai Mudarris, Murobbi, dan Muallim
semestinyalah kita memberikan pembelajaran yang mampu membawa peserta didikk
itu mampu mengenali dirinya sehingga dngan itu ia akan mampu mengenali
Tuhannya.
b.
Mengantarkan Subjek didik menjadi
Khalifah Allah fi Al-Ardh. Yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan
lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, firman Allah: [13]
uqèdurÏ%©!$#öNà6n=yèy_y#Í´¯»n=yzÇÚöF{$#yìsùuuröNä3Ò÷èt/s-öqsù<Ù÷èt/;M»y_uyöNä.uqè=ö7uÏj9Îû!$tBö/ä38s?#uä
Artinya: Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
c.
Untuk memperoleh kesejahteraan dunia
akhirat
Allah Berfirman:[14]
Æ÷tGö/$#ur!$yJÏù9t?#uäª!$#u#¤$!$#notÅzFy$#(wur[Ys?y7t7ÅÁtRÆÏB$u÷R9$#(
Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum
ini lebih bersifat empirik dan Realistik. Menyangkut kepada perubahan sikap,
perilaku dan kepribadian peserta didik.
3. Tujuan Khusus
Pengkhususan
tujuan tersebut lebih cendrung kearah , kultur atau cita-cita suatu bangsa,
minat, bakat dan lain sebagainya.
4.
Tujuan
Sementara
Tujuan
sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujan yang dikembangkan dalam rangka
menjawab segala tuntutan kehidupan, karena tujuan sementara itu maksudnya
adalah kondisional.
Menurut al-Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
a. Tujuan yang
berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah
laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan yang
berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku
individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya
pengalaman masyarakat.
c. Tujuan profesional yang berkaitan
dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi,
dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al-Abrasyi, merinci tujuan akhir pembelajaran pendidikan islam menjadi:
a.
Pembinaan akhlak.
b. menyiapkan anak didik untuk
hidup dudunia dan akhirat.
c. Penguasaan ilmu.
d. Keterampilan bekerja dalam
masyrakat.
Menurut Asma
Hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
a.
Tujuan keagamaan.
b. Tujuan pengembangan akal dan
akhlak.
c. Tujuan pengajaran kebudayaan.
d. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
a.
Bahagia di dunia dan akhirat.
b.
menghambakan diri kepada Allah.
c.
Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
Dengan dimikian, dari beberapa pendapat para ahli tentang tujuan pendidikan
Islam itu sendiri pada hakikatnya beroreintasi kepada bertaqwa dengan Allah dan
mampu mempunyai integritas yang tinggi baik kepada alam lingkungan, manusia dan
Allah SWT.
C. Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam
Sumber
pembelajaran merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam
menentukan proses pembelajaran, agar proses pembelajaran menjadi efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan, kegiatan pembelajaran menjadi efektif dan
efisiendalam usaha pencapai tujuan intruksional jika melibatkan komponen proses
belajar secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan
sangat besar manfaatnya.[16]
Sumber belajar
(learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam
mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Adapun para ahli
telah mengemukakan pendapat tentang pengertian sumber belajar sebagai berikut:[17]
- Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikandapatmemungkinkan terjadinya belajar.
- Edgar Dale mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.
- Menurut
Rohani sumber belajar (learning resources) adalah
segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. - Association
Educational Communication and Technology (AECT), yang menyatakan bahwa
sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunkan siswa dalam belajar, baik
secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam
mecapai tujuan belajar.
Dari beberapa pendapat yang telah
dikemukakan di atas dapat ditarikkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sumber
belajar adalah segala sesuatu yangberasal dari luar diri seseorang yang dapat
memungkinkan terjadinya proses belajar atau segala sesuatu yang tersedia di
sekitar lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil
belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil
belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi
siswa dengan berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk
belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajar.
Dalam
pembelajaran konvensional sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya
sumber materi pelajaran. Namun, selain buku teks, guru seharusnya memanfaatkan
berbagai sumber belajar yang lain. Sumber materi pelajaran yang dapat dimanfaatkan
untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:[18]
1. Orang atau nara sumber
Pengetahuan
itu tidak statis akan tetapi bersifat dinamis yang terus berkembang secara
cepat oleh karena itu, kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak
sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Oleh karena itu,
untuk mempelajari konsep-konsep baru guru dapat menggunakan orang-orang yang
lebih menguasai persoalan misalnya dokter, polisi dan sebagainya.
2. Objek
Objek atau benda yang sebenarnya
merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih
sempurna tentang sesuatu.
3. Bahan cetak dan non cetak
Bahan
cetak adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam
berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran dan sebagainya. Sedangkan
bahan ajar non cetak adalah informasi sebagai materi pelajaran, yang disimpan
dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik yang biasanya berfungsi
sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk kaset, video, komputer, CD,
dan lain-lain[19]
Namun dalam pendidikan agama Islam bahwa sumber pokok pembelajaran pendidikan agama Islam itu
sendiri ialah Al-Qurandan Sunnah,[20]sedangkan
penalaran akal dan pikiran sebagai alat untuk memahami Al-Quran dan As-sunnah. Ketentuan
ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah
SWT. Yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Penjelasan mengenai
Sumber ajaran Islam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. AL-Quran
Sebagai sumber ajaran Islam yang primer, al-Quran diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar.[21] Keberadaaan Al-Quran sangat dibutuhkan manusia. Dikalangan m’tazialh dijumpai pendapat bahwa Tuhan wajib menurunkan Al-Quran bagi ummat manusia, karena manusia dengan segala daya yang dimilikinya tidak dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Pada hakikatnya Mu’tazilah berpendapat bahwa wahyu itu wajib diturunkan Allah hanya untuk menyempurnakan akal yang terbatas itu. Hal demikian sebagai bukti kasih sayang Tuhan dan ke adilannya kepada manusia.[22]
Selanjutnya Al-Quran juga berfungsi sebagai hakim atau juri yang mengatur jalannya kehidupannya manusia agar berjalan lurus. Oleh karena itu jika ummat muslim berselisih dengan masalah yang dihadapinya maka juri yang paling tepat untuk menyelesaikan itu adalah Al-Quran.
2. As-Sunnah
As-sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Al-Quran, Al-Sunnah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan AL-Quran. Keberadaaan Al-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagian Ayat Al-Quran sebagai contoh : Pertama yang bersifat global yang memerlukan rincian, kedua, yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian , 3) yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menhendaki pembatasan; dan ada pula 4) isyarat Al-Quran yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang menghendaki penetapan makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut. [23]
Dalam kaitan ini , hadis berfungsi
merinci petunjuk dan isyarat Al-Quran yang bersifat umum, sebagai pembatas
terhadap ayat Al-Quran yang bersifatmutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadapa
sesuatu kasus yang tidak dijumpai dalam Al-Quran. Sebagai cntoh sederhananya
adalah bahwa dalam Al-quran sudah jelas bahwa bangkai binatang itu haram tetapi
dalam hadis ada pengecualian bahwa yang haram itu kecuali bangkai manusia dan
belalang.
Demikian pula pada dunia pendidikan bahwa As-sunnah tidak bisa terlepas sebagai sumber utama yang paling pokok setelah Al-Quran untuk menjadi sumber pembelajaran itu sendiri.
3. Alam Sebagai Sumber Pembelajaran PAI
Menurut Zaimah Umar, lingkungan
merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai
yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa.
Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.[24]
Lingkungan
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan
sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk
memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat
digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan
kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan
melestarikan alam.
Pemanfaatan
lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta
didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan
dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan
apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran
dengan menggunakan alam terbuka.
Dalam
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan
biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai
bagi kepentingan belajar siswa
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalammenyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani
ajaran agama Islam dengan disertai dengan tuntutan untuk menghormati penganut
agama lain dalamhubungannya dengan kerukunan antarumat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil
melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam (doing), dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari (being).[25]
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk
meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuanutamaPendidikan Agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi
seorang Muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan dan
didasari oleh keimanan yang kuat.
Alam telah mengajarkan banyak hal
kepada manusia maka dari itu tidak
salah apabila alam dijadikan sumber belajar. Alam
dengan segenap khazanahnya
mampumenjadisumberbelajarterutama bagi pembentukan karakter peserta
didik. Maka untuk lebih bermakna dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sangat penting melaksanakan pembelajaran dengan membawa dan menggunakan alam
sebagai sumber belajar. Guru harus mampu merancang kegiatan pembelajaran PAI
dengan memanfaatkan alam, baik peserta didik dibawa kealam terbuka atau membawa
apa yang ada di alam kedalam kelas. Contoh: Peserta didik di ajak keluar kelas
dan diiringi dengan worksheet atau membawa buah-buahan/ sayur-sayuran/ bumbu
dapur/binatang kecil yang tidak membahayakan kedalam kelas tetap diiringi
dengan worksheet dan harus sesuai dengan materi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Dapat kita
simpulkan bahwa Alam sebagai Sumber
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat cocok dalam kegiatan
pembelajaran, karena bendanya nyata dan bisa membentuk katakter peserta didik..
Materi PAI lebih mengutamakan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Jadi manfaat Sumber Pembelajaran itu
adalah Memberikan
pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada pesert didik, dapat
menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara
langsung dan konkret. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di
dalam kelas maupun diluar kelas, juga dapat memberi informasi yang akurat dan
terbaru serta membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam
lingkup mikro maupun makro sehingga bisa memberi informasi yang positif,
apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.Dapat merangsang
untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
Kemudian Dalam memilih sumber pembelajaran harus
memperhatikan kriteria sebagai berikut:Ekonomis,Praktis, Mudah, Fleksibel, sesuai
dengan tujuan
D.
SIFAT
PENGAJARAN
Sifat pengajaran pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum mempunyai sifat-sifat atau karakteristik yang
membedakan dengan pengajaran lainnya , hal tersebut tercermin dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang ciri-ciri tersebut antara lain
sebagai berikut:[26]
1.
Kurikulum
PAI mempunyai dua sisi muatan
Dua sisi muatan dalam kurikulum PAI yang dimaksud adalah: (a) sisi muatan
keagamaan berisi wahyu Ilahi dan sunah Rasul yang bersifat mutlak dan berada di
luar jangkauan akal dan indera manusia (beyond of human’s mind and
instinct). Wahyu Allah swt dan sunah Rasul saw berfungsi memberikan
petunjuk kepada manusia dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya. Dan cara-cara
mengadakan hubungan antar sesama makhluk Allah lainnya dan lingkungan hidupnya.
(b) sisi muatan pengetahuan yang berisi hal-hal yang dapat di usahakan
manusia dalam bentuk pengalaman factual maupun pengalaman berfikir. Pengetahuan
yang dimaksud ada kemungkinan hasil analisis dari wahyu ilahi atau sunah Rasul
(tafsir) atau mungkin pula hasil analisis dari lingkungan alam sekitarnya.
Peranan kurikulum PAI dalam hal ini ialah mengupayakan agar kedua muatan
diatas dapat lebih dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Kurikulum
PAI bersifat memihak, tidak netral/moderat
Kurikulum PAI mempunyai garis yang jelas dan tegas (qath’I dan mutlak), jika
dalam ajaran islam sesuatu tersebut ditetapkan sebagai wajib, maka semua umat
islam berkewajiban untuk melaksanakannya, demikian pula sebaliknya, jika dalam
ajaran islam menegaskan bahwa sesuatu itu haram dan harus ditinggalkan, maka semua
kaum muslimin wajib meninggalkannya. Bagi orang yang melanggar kewajiban dan
larangan yang telah digariskan dalam islam konsekwensinya ia akan mendapat
sanksinya tidak didunia diakhirat sudah pasti.
Berbeda dengan kurikulum umum, ia bersifat netral atau moderat artinya
tidak memihak, dengan demikiaan kurikulum tersebut diberikan kepada siswa
terserah mereka, apakah pengetahuan yang diperolehnya mau diamalkan atau tidak
hal ini didasarkan kepada untung dan rugi dan pertimbangan pribadi yang
bersangkutan.
3.
Kurikulum
PAI mengarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia
Ajaran islam yang bersumber wahyu
ilahi sangat menekankan kepada umatnya agar mereka mempunyai akhlak yang mulia.
Kriteria untuk menentukan apakah akhlak seseorang itu terpuji atau tercela
ialah kriteria yang terdapat didalam ayat-ayat Al-Quran dan sunah Rasul.
Kriteria dari dua sumber tersebut bersifat pasti dan permanen dan tidak
berubah-ubah sampai kapanpun. Sementara kurikulum umum lebih bersifat atas
pertimbangan akal pikiran.
4.
Kurikulum
PAI bersifat fungsional terpakai sepanjang masa
Agama bagi seseorang dalam tingkatan
status apapun, baik ia orang kaya, atau orang miskin, pejabat atau rakyat
jelata, pada saat bagaimanapun saat gembira atau sedih, sehat atau sakit. Pengetahuan
agama ini tetap aktual dan fungsional, terpakai dalam seluruh aspek kehidupan.
Tidak ada satu ajaran yang sekomplit dan selengkap ajaran islam, yaitu seorang
muslim diatur oleh islam sejak dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, dari
hal-hal yang kecil masuk ke WC sampai kepada menjadi dan mengelola negara semua
diatur dalam islam. Aturan-aturan tersebut 14 abad yang silam sampai sekarang
dan yang akan datang akan tetap uptodate dan fungsional. Ajaran islam yang
terkandung dalam kurikulum PAI berfungsi untuk memberikan kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Berbeda kurikulum pengetahuan lain
yang bersifat nisbi dan relatif berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi
tertentu. Tidak jarang kita menemukan teori-teori yang dianggap hebat dan
menggemparkan dunia namun belakangan ini teori-teori tersebut tertolak. Bahkan
ada sesuatu yang dianggap buruk pada masa lalu dianggap masalah biasa atau baik
sekarang, atau sebaliknya.
5. Materi
kurikulum PAI sudah ada pada setiap peserta didik sejak dari rumah
Peserta didik yang tinggal dirumah
bersama-sama dengan keluarganya sebenarnya secara langsung atau tidak langsung.
Mereka sudah terisi pengetahuan agamanya, apa yang telah dimiliki peserta didik
harus menjadi perhatian guru. Pengajaran kurikulum PAI disekolah
berfungsi mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik agar lebih berkembang secara optimal dan meluruskan pengetahuan
peserta didik yang kurang tepat. Dengan demikian pengajaran agama di sekolah
tidak memulai dari nol sama sekali. Tetapi karena peserta didik datangnya dari
macam-macam keluarga yang pengetahuan, penghayatan, dan pengamalan agama
bervariasi, maka guru harus dapat menyamakan persepsi mereka terlebih dahulu.
E.
Nilai-Nilai
Pengajaran
Pendidikan Islam bertujuan untuk menginformasikan, mentransformasikan serta
menginternalisasikan nilai-nilai Islami. Dengan demikian pendidik diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan segi-segi
kehidupan spiritual yang baik dan benar dalam rangka mewujudkan pribadi muslim
seutuhnya dengan ciri-ciri beriman, taqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas,
terampil dan bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
penyusunan strategi pendidikan yang terencana dan sistematis, antara lain
menyusun materi-materi yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
berfikir peserta didik serta menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Nilai adalah suatu konsep yang
berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada didalam
dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan sesorang tentang baik
dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil,
dan lain sebgainya. Pandangan seseorang tentang semua itu tidak bisa diraba ,
kita hanya bisa mengetahui dari perilaku yang bersangkutan.[27]
Dengan demikian, bahwa nilai-nilai
pengajaran minimal yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan antara lain:[28]
1. Religius:
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur:
Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi:
Sikap
dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin:
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5.
Kerja
Keras:
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
Kreatif:
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
6. Mandiri:
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
Demokratis:
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
7.
Rasa Ingin
Tahu:
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
8.
Semangat
Kebangsaan:
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
9.
Cinta
Tanah Air:
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
10.
Menghargai
Prestasi:
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
11. Bersahabat/Komunikatif:
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
12.
Cinta
Damai:
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.
Gemar
Membaca:
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
14.
Peduli
Lingkungan:
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
15.
Peduli
Sosial:
Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
16.
Tanggung
Jawab:
Sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu kita sepakati bersama, bahwa dalam pendidikan Islam sangat
perlu sekali melestarikan dan mengembangkan kerangka dasar nilai-nilai Islami
pada peserta didik agar terbentuk pribadi seutuhnya sehingga dapat menjadi
sumber daya insani yang berkualitas bagi pembangunan dan tata kehidupan
masyarakat mendatang. Menjaga
keseimbangan hubungan antara manusia dengan khaliqNya, sehingga selalu mendapat
ridhaNya.[29] Amin.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun Karakteristik Ajaran Islam adalah
meliputi bidang keagamaan, akidah, ibadah, sosial ekonomi, politik dan berbagai
disiplin ilmu lainnya. Kemudian Sumber Primer Pembelajaran Pendidikan Islam itu
adalah Orang atau nara sumber,Al-Quran , As-sunnah, Alam, objek, Bahan cetak dan Non cetak. Yang
semuanya itu mengarah kepada tujuan tertinggi pembelajaran pendidikan Agama Islam
ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.
B. Saran
Akhirnya, untuk
Allah SWT jualah semua pengabdian, hidup dan mati kami. Semua ide dan gagasan
baik yang ada dalam makalah ini adalah miliknya, dan semua khilaf yang mungkin
ada dalam makalah ini adalah milik kami sendiri, dan kepada pembaca kami mohon
kritik dan sarannya yang konstruktif, sekiranya ada dalam makalah ini banyak
salah dan janggal yang harus diperbaiki dikesempatan berikutnya.
Wallahu A’lam Bisshawab
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Al-Hadis
Abuddin
Nata, 2010, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Arifin,
1987, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta, PT. Biona Aksara
Abu
Achmadi, 1921, Islam Sebagai
Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, PT. Aditya Media
Ahmad
Tafsir, 2008, Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Bandung, PT. Maestro, cetakan ke-1
Abdullah
Nashih Ulwan, 2006, Pedoman Pendidikan anak dalam islam, Bandung, PT.
Asy-Syifa
Hasbullah,
2003, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada
Heri
Gunawan, 2013, Kuriulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Bandung, PT. Alfabeta
Harun
Nasution, 1980, Islamolgi(Ilmu Kalam), Jakarta, PT. UI Press
M.
Ngalim Purwanto,2002, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis.. Bandung,
PT Remaja Rosda Karya
M.
Arifin,191, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta, PT. Bumu Aksara
Mudasir,
2012, Desain Pembelajaran, Air Molek Riau , PT. Stai Nurul Falah Press
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399 di unduh pada
tanggal 14 April 2015
http://hidayatulhaq.wordpress.com/2008/06/14/tujuan-pendidikan-islam. di unduh pada Tanggal 12 April
2015
http://bdkpadang.kemenag.go.idalam-sebagai-sumber-pembelajaran-pai di unduh Pada
tanggal 15 April 2015
Rama
Yulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta,
PT. Kalam Mulia
Rama
Yulis, 2010, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT Kalam Mulia
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang, Dasar-Dasar
Kependidikan Islam
Wina
Sanjaya, 2010, Strategi Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta, PT. Kencana
Wina
Sanjaya, 2009, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, PT.
Kencana
Yusuf
Al-Qardawi, 1977, Iman dan Kehidupan, Terj. H. Fachruddin Hs, Dari
jdul Al-Iman wa Al-Hayat, Jakarta, PT. Bulan Bintang
[1] HR Ibnu Sam'ani dalam Adab
al-Imla dari Ibnu Mas'ud
[2] Muhammad iqbal adalah salah
seorang intelektual mslim dari Pakistan yang pemikirannya dalam bidang
keislaman banak dikenal, antara lain melalui karyanya berjudul “ The
Reconstruction of Reigious Thought in Islam” dan diterjemahkan leh Ali
Audah dkk, dalam Bahasa Indonesia di tahun 60-an dengan judul “Membangun
Kembali Pikiran Agama Islam”, dalam bukunya beliau berbicara masalah
Ibadah, kemanusiaan kebudayaan, dan gerakan dalam struktur Islam melalui
pendekatan Filosofis dan Sufistik.
[3] Misalnya Ali Syariati, disamping
beliau memahami ajaran Islam itu sendiri beliau juga paham tentang maslah
Sosiologi yang orientasinya adalah agar masyarakat bisa menjadi Masyarakat yang
Ideal dan Manusia yang Ideal.
[4] Abuddin Nata, 2010, Metodologi
Studi Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, h.77
[5] Yusuf Al-Qardawi, 1977, Iman
dan Kehidupan, Terj. H. Fachruddin Hs, Dari jdul Al-Iman wa Al-Hayat, Jakarta,
PT. Bulan Bintang, h. 25
[6]Bacalah dengan nama Tuhan yang
menjadikan. Menjadikan manusia dari segumpal darah Menjadikan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu yang maha pemurah.
Yang mengejar dengan qalam. Dia mangajar manusia sesatu yang tidak diketahui
(QS. Al-Alaq Ayat 1-5)
[7] M. Arifin,191, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumu
Aksara, h.222
[8] Hasbullah, 2003, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, h. 4
[9] M. Ngalim Purwanto,2002, Ilmu
Pendidikan Teoritis Dan Praktis.. Bandung, PT Remaja Rosda Karya,h. 3
[10]Arifin, 1987, Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta, PT. Biona Aksara, h. 13
[11]Abu Achmadi, 1921, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan,
Yogyakarta, PT. Aditya Media, h. 65
[12] QS. Dzariyat ayat 56
[13] QS. Al-An’am Ayat 165
[14]Al-Qashas Ayat 77
[15]http://hidayatulhaq.wordpress.com/2008/06/14/tujuan-pendidikan-islam. di unduh pada Tanggal 12 April 2015
[16] Heri Gunawan, 2013, Kuriulum
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung, PT. Alfabeta, h. 189
[17]http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399 di unduh pada tanggal 14 April
2015
[18] Wina Sanjaya, 2009, Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, PT. Kencana, 146-149.
[19] Rama Yulis, 2008, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Kalam
Mulia, h. 216
[20] Rama Yulis, 2010, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT Kalam Mulia, h. 141
[21] QS, As-Suara Ayat 192-193
[22] Harun Nasution, 1980, Islamolgi(Ilmu
Kalam), Jakarta, PT. UI Press, h. 80
[23] Abuddin Nata,Op. cit., h. 76
[24]http://bdkpadang.kemenag.go.idalam-sebagai-sumber-pembelajaran-pai di unduh Pada tanggal 15 April
2015
[25] Ahmad Tafsir, 2008, Strategi
Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung, PT. Maestro,
cetakan ke-1
[26] Abdullah Nashih Ulwan, 2006, Pedoman
Pendidikan anak dalam islam, Bandung, PT. Asy-Syifa, h. 15
[27] Wina Sanjaya, 2010, Strategi
Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, PT. Kencana,
h. 274
[28] Mudasir, 2012, Desain
Pembelajaran, Air Molek Riau , PT.
Stai Nurul Falah Press, h. 47
[29]Tim
Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam, h. 125.
EmoticonEmoticon