KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PAI (TUJUAN, SUMBER, SIFAT PENGAJARAN, dan NILAI - NILAI PENGAJARAN)

05.39


KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PAI (TUJUAN, SUMBER, SIFAT PENGAJARAN, dan NILAI - NILAI PENGAJARAN)

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag





Oleh :

MADAYANSYAH TAMBUNAN
NIM : 21491106341
           


PROGRAM  PASCA SARJANA
UNIVERSITAS  ISLAM  NEGERI
SULTAN  SYARIF  KASIM  RIAU
PEKANBARU
2015 M/1436 H

 
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PAI (TUJUAN, SUMBER, SIFAT PENGAJARAN, dan NILAI - NILAI PENGAJARAN)
“Tuhanku telah mendidikku sehingga terbaiklah pendidikanku[1]


A.    Karakteristik Ajaran Islam
Dalam Pusat Kurikulum  Depdiknas , tujuan pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehinggga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal ke imanan, ketakwaan kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi , bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kita sema tentu mengenal Islam, tetapi masalahnya Islam yang bagaimanakah yang kita kenal itu, sebenarnya masih jadi persoalan yang harus perlu didiskusikan lebih lanjut. Misalnya mengenal Islam dalam potret yang ditampilkan Iqbal dengan nuansa filososofisnya dan sufistiknya.[2]
Demikan pula Islam ditampilkan oleh pemikiran-pemikiran dai Iran seperti Ali Syariaati, Sayyed Hussein Nasr, Murthadha Muthahhari, para pemikir Islam dari Iran ini terkesan banyak mengusai pemikiran Filsafat Modern serta ilmu-ilm sosial dari barat.[3] 

Adapun Karakteristik ajaran Islam Itu sendiri adalah sebagai berikut:[4]
1.      Dalam Bidang Agama
Karakteristik ajatan Islam dalam bidang agama disamping mengakui adanya Pluralisme sebagai suatu pernyataan, juga mengakui adanya universatisme, yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik dan mengajak pada keselamatan. Dengan demikian, karakteristik agama islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian Tuhan.
2.      Dalam Bidang Ibadah
Karakteristik ajaran islam selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya dalam bidang ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dan mentaati segala perintah-Nya menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang di izinkan-Nya. Dengan demikian visi Islam itu sendiri adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran Islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia sebagai makhluk yang hanya diperintahkan agar beribadah kepada-Nya.
3.      Dalam Bidang Akidah
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui dalam bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disebah hanya Allah. Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung tidak boleh ada perantara.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib di sembah ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat, yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusa-Nya, perbuatan dengan amal sholeh.
Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qrdawi menyatakan bahwa iman menurut pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh ke yakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.[5]
Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjudnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal sholeh.
4.      Bidang Ilmu Dan Kebudayaan
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi jiga selektif.Akomodati dalam menerima berbagai masukan dari luar, tapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima semua jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam.Bagaimanapun, Islam adala sebuah praradigma terbuka.Ia merupakan mata rantai peradaban dunia. Dalam sejarah kita melihat Islam mewarisi peradaban Yunani-Romawi di Barat, dan peradaban-peradaban Persia India, dan Cina di Timur. Selama abad VII sampai XV, ketika peradaban besar di Barat dan Timur itu tenggelam dan mengalami kemerosotan, Islam bertindak sebagai pewaris utamanya untuk kemudian diambil alih oleh peradaban Barat sekarang malalui Renaiissans. Dalam kurun waktu selam delapan abad itu, Islam bahkan mengembangkan warisan-warisan ilmu pengetahuan adan teknologi dari peradaban-peradaban tersebut.
Banyak contoh yang dapat dijadikan bukti tentang peranan Islam sebagai mata rantai peradaban dunia.Islam minsalnya mengembangkan ilmu matematika India.Ilmu kedokteran dari Cina, system pemerintah dari Persia, logika dari Yunani, dan sebagainya. Jadi, untuk pengkajian tertentu Islam menolak logoka Yunani yang sangat rasional untuk diganti dengan caraberfikir intuitif yang lebih menekankan rasa seperti yang dikenal dalam tasawuf.
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat pula dilihat dari 5 ayat pertama surat al-Alaq yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.[6] Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan sebagainya. Demikian pentingnya ilmu ini hingga Islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah.
5.      Bidang Pendidikan
Sejalan dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut diatas, Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan.Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak setiap orang laki-laki atau perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat.Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat al-Alaq sebagai mana disebut diatas. Dalam al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, pembinasaan, kerja wisata, cerita, hokum, nasihat, dan sebagainya.
6.      Bidang Ekonomi
Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dipahami dari kosepsinya dalam bidang kehidupan.Urusan dunia di kejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia.Orang yang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan dunia.
Alam raya ini suatu yang diciptakan Tuhan untuk dimanfaatkan manusia, dan bukan sekali-kali untuk dijadikan objek penyembahan sebagaiman dijumpai pada masyarakat primtif.Alam raya dengan segala keindahannya adalah ciptaan Tuhan.Kita tahu bahwa dialam raya in I dijumpai berbagai ajaiban dan kekaguman.
7.      Dalam Bidang Kesehatan
Ciri khas ajaran Islam selanjutnya dapat dilihat dalam konsepnya mengenai kesehatan.Ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan dari pada penyembuhan. Berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk kitab suci dan sunnah Nabi SAW, yang pada dasarnya mengarah kepada pencegahan.
            Kebersihan lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempattinggal,lingkungan sekitar, badan, makanan, minuman, dan lain sebagainya.
8.      Dalam Bdang Politik
Ciri ajaran Islan selanjutnya dapat diketahui melalui konsepsinya dalam bidang politik. Dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 156 terdapat menaati ulil amri yang terjemahaannya termasuk penguasa dalam bidang politik, pemerintah, dan Negara. Dalam hal ini Islam tidak mengajarkan ketaatan buta terhadab pemimpin.Jika pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntutan Allah dan Rasul-Nya, maka wajib di taati, sebaliknya.
Masalah politik ini selanjutnya berhubungan dengan bentuk pemerintahan.Oleh karenanya setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya.Namun, yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan sebagai alat untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian, den ketenteraman masyarakat.
9.      Dalam Bidang Pekerjaan
Karakteristik ajaran Islam lebih lanjut dapat diihat dari ajarannya mengenai kerja, Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT. Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah SWT, dan kerja yang bermanfaat bagi orang lain.
Untuk menghasilkan pruduk pekerjaan yang bermutu, Islam memandang kerja yang dilakukan adalah kerja professional, yaitu kerja yang didukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan, dan seterusnya.
10.  Dalam Bidang Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Selain ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan dengan ciri-ciri yang khas tersebut, Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu ke Islaman. Menurut peraturan Menteri Agama Republik Indonesia tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu ke Islaman adalah al-Qu’an/Tafsir, Hadits/Ilmu hadits, Ilmu kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam/Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan pendidikan Islam.
Jauh sebelum itu, Harun Nasution mengatakan bahwa Islam berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya mempunyai satu dua aspek. Islam sebenarnya mempunyai aspek tiologi, aspek ibadah, aspek moral, aspek mistisisme, aspek filsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan, dan sebagainya.
Dari beberapa mengenai karakteristik ajaran Islam yang secara dominan ditandai oleh pendekatan normative, historis, dan filosofis tersebut dilihat bahwa ajaran Islam memiliki ciri-ciri yang secara keseluruhan amat ideal.Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja keras yang bermutu, demokratis, adil, seimbang antara hubungan dunia dan akhirat, berharta, memiliki kepekaan terhadap masala-masalah social kemasyarakatan. Mengutamakan pencegahan dari pada penyembuhan dalam bidang kesehatan dengan cara memperhatikan segi kebersihan badan, pakaian, makanan, tempat tinggal, lingkungan, dan sebagainya. Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu ke Islaman dengan berbagai cabangnya.



B.     Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf  atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa inggris istilah tujuan dinyatakan dengan “gool” atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah istilah itu mengandung pengerian yang sama, yaitu suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui  upaya atau aktivitas.[7]
Dalam dunia pendidikan istilah pembelajaran sangat tidak asing lagi bagi kita, istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Dengan demikian, pembelajaran pada hakikatnya merupakan  kegiatan rencana yang mengondisikan/ merangsang seseorang agar bisa belajardengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu tujuan pembejaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok, yaitu:
Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar
Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaianilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar.
Kemudian berbicara tentang  pengertian Pendidikan Agama Islam, maka perlu kiranya diketahui pengertian Pendidikan secara umum sebagai titik tolak memberikan pengertian Islam.
Menurut Hasbullah  dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, disebutkan bahwa Pendidikan adalah suatu proses bimbingan , tuntunan atau pimpinanyang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik tujuan dan sebagainya.[8]
Sedangkan menurut Drs. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, disebutkan bahwa Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.[9]
Jadi pada dasarnya pendidikan dalam pengertian tersebut di atas, adalah terjadinya pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Pergaulan yang di maksud adalah pergaulan yang dapat menolong anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
Pendidikan dalam konteks islam yaitu bimbingan terhadap perkembangan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam.[10]
Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan secara sederhana makna Pendidikan itu sendiri  ialah pengorbanan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa supaya kedepannya  dia akan  lebih matang  menghadapi masalah yang dihadapinya . Di sini yang menonjolkan adalah pemberian bantuan secara sengaja atau secara sadar kepada anak dengan tujuan agar anak tersebut dapat mencapai tingkat kedewasaannya.
Dengan demikian dari keseluruhan pengertian pembelajarandan pendidikan  di atas, dapat di simpulkan bahwa pembelajaran pendidikan Agama Islam  pada hakekatnya adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia supaya berkembang sampai pada taraf Insan Kamil.
Abu Ahmadi mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam itu meliputi:[11]
1.      Tujuan Tertinggi /Terakhir dimana tujuan ini bersifat mutlak , tidak mengalami perubahandan berlaku umum, yang biasa disebut Insanulkamil
a.       Menjadi Hamba Allah
Tujuan tertinggipembelajaran pendidikan Agama Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT  dalam Al-Quran:[12]
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#uržwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Kita ketahui bersama bahwa kebanyakan  orang mengira ibadah itu hanya bertujuan untuk  menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan Zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan Syahadat. Padahal  sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal perbuatan yang baik, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar sehingga manusia itu sendiri bisa selamat di dunia sampai menuju kehidupan yang abadi di akhirat nantunyi, karena ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah SWT.
Oleh karena itu kita sebagai Mudarris, Murobbi, dan Muallim semestinyalah kita memberikan pembelajaran yang mampu membawa peserta didikk itu mampu mengenali dirinya sehingga dngan itu ia akan mampu mengenali Tuhannya.
b.       Mengantarkan Subjek didik menjadi Khalifah Allah fi Al-Ardh. Yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, firman Allah: [13]
uqèdurÏ%©!$#öNà6n=yèy_y#Í´¯»n=yzÇÚöF{$#yìsùuuröNä3ŸÒ÷èt/s-öqsù<Ù÷èt/;M»y_uyŠöNä.uqè=ö7uŠÏj9Îû!$tBö/ä38s?#uä
Artinya: Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.

c.       Untuk memperoleh kesejahteraan dunia akhirat
Allah Berfirman:[14]
Æ÷tGö/$#ur!$yJÏùš9t?#uäª!$#u#¤$!$#notÅzFy$#(Ÿwurš[Ys?y7t7ŠÅÁtRšÆÏB$u÷R9$#(

Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.

2.      Tujuan Umum
Tujuan umum ini lebih bersifat empirik dan Realistik. Menyangkut kepada perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.
3.      Tujuan Khusus
Pengkhususan tujuan tersebut lebih cendrung kearah , kultur atau cita-cita suatu bangsa, minat, bakat dan lain sebagainya.



4.      Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan, karena tujuan sementara itu maksudnya adalah kondisional.
Menurut al-Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
a.       Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
b.      Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
c.       Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al-Abrasyi, merinci tujuan akhir pembelajaran pendidikan islam menjadi:
a.       Pembinaan akhlak.
b.      menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
c.       Penguasaan ilmu.
d.      Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma Hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
a.       Tujuan keagamaan.
b.      Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
c.       Tujuan pengajaran kebudayaan.
d.      Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
a.       Bahagia di dunia dan akhirat.
b.      menghambakan diri kepada Allah.
c.       Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
d.      Akhlak mulia.[15]
Dengan dimikian, dari beberapa pendapat para ahli tentang tujuan pendidikan Islam itu sendiri pada hakikatnya beroreintasi kepada bertaqwa dengan Allah dan mampu mempunyai integritas yang tinggi baik kepada alam lingkungan, manusia dan Allah SWT. 

C.    Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam
Sumber pembelajaran merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam menentukan proses pembelajaran, agar proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan, kegiatan pembelajaran menjadi efektif dan efisiendalam usaha pencapai tujuan intruksional jika melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya.[16]
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Adapun para ahli telah mengemukakan pendapat tentang pengertian sumber belajar sebagai berikut:[17]
  1. Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikandapatmemungkinkan terjadinya belajar.
  2. Edgar Dale mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.
  3. Menurut Rohani sumber belajar (learning resources) adalah   segala
    macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
    memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
  4. Association Educational Communication and Technology (AECT), yang menyatakan bahwa sumber belajar   adalah semua sumber baik berupa data,
    orang dan wujud tertentu yang dapat digunkan siswa dalam belajar, baik
    secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam
    mecapai tujuan belajar.
      Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat ditarikkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yangberasal dari luar diri seseorang yang dapat memungkinkan terjadinya proses belajar atau segala sesuatu yang tersedia di sekitar lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajar.
Dalam pembelajaran konvensional sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya sumber materi pelajaran. Namun, selain buku teks, guru seharusnya memanfaatkan berbagai sumber belajar yang lain. Sumber materi pelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:[18]
1.      Orang atau nara sumber
Pengetahuan itu tidak statis akan tetapi bersifat dinamis yang terus berkembang secara cepat oleh karena itu, kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Oleh karena itu, untuk mempelajari konsep-konsep baru guru dapat menggunakan orang-orang yang lebih menguasai persoalan misalnya dokter, polisi dan sebagainya.
2.       Objek
            Objek atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu.
3.      Bahan cetak dan non cetak
Bahan cetak adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran dan sebagainya. Sedangkan bahan ajar non cetak adalah informasi sebagai materi pelajaran, yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik yang biasanya berfungsi sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk kaset, video, komputer, CD, dan lain-lain[19]
      Namun dalam pendidikan agama Islam bahwa sumber  pokok pembelajaran pendidikan agama Islam itu sendiri ialah Al-Qurandan Sunnah,[20]sedangkan penalaran akal dan pikiran sebagai alat untuk memahami Al-Quran dan As-sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT. Yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Penjelasan mengenai Sumber ajaran Islam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.      AL-Quran

Sebagai sumber ajaran  Islam yang primer, al-Quran diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar.[21] Keberadaaan Al-Quran sangat dibutuhkan manusia. Dikalangan m’tazialh dijumpai pendapat bahwa Tuhan wajib menurunkan Al-Quran bagi ummat manusia, karena manusia dengan segala daya yang dimilikinya tidak dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Pada hakikatnya Mu’tazilah berpendapat bahwa wahyu itu wajib diturunkan Allah hanya untuk menyempurnakan akal yang terbatas itu. Hal demikian sebagai bukti kasih sayang Tuhan dan ke adilannya kepada manusia.[22]

            Selanjutnya Al-Quran juga berfungsi sebagai hakim atau juri yang mengatur jalannya kehidupannya manusia agar berjalan lurus. Oleh karena itu jika ummat muslim berselisih dengan masalah yang dihadapinya maka juri yang paling tepat  untuk menyelesaikan itu adalah Al-Quran.

2.      As-Sunnah

            As-sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Al-Quran, Al-Sunnah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan AL-Quran. Keberadaaan  Al-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagian Ayat Al-Quran sebagai contoh : Pertama yang bersifat global yang memerlukan rincian, kedua, yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian , 3) yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menhendaki pembatasan; dan ada pula 4) isyarat Al-Quran yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang menghendaki penetapan  makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut. [23]

            Dalam kaitan ini , hadis berfungsi merinci petunjuk dan isyarat Al-Quran yang bersifat umum, sebagai pembatas terhadap ayat Al-Quran yang bersifatmutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadapa sesuatu kasus yang tidak dijumpai dalam Al-Quran. Sebagai cntoh sederhananya adalah bahwa dalam Al-quran sudah jelas bahwa bangkai binatang itu haram tetapi dalam hadis ada pengecualian bahwa yang haram itu kecuali bangkai manusia dan belalang.

            Demikian pula pada dunia pendidikan bahwa As-sunnah tidak bisa terlepas sebagai sumber utama yang paling pokok setelah Al-Quran untuk menjadi sumber pembelajaran itu sendiri.

3.      Alam Sebagai Sumber Pembelajaran PAI

            Menurut Zaimah Umar, lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.[24]
Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.
Dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi     jauh     dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan            rumah pun       dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi       kepentingan     belajar siswa
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalammenyiapkan        peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga     mengimani ajaran agama         Islam dengan disertai dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalamhubungannya dengan kerukunan antarumat beragama         hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk           menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukan             atau     mempraktekkan ajaran Islam (doing), dan mengamalkan ajaran Islam dalam           kehidupan       sehari-hari (being).[25]
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang             ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan     ajaran   Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan         bahwa tujuanutamaPendidikan Agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang   kuat.
            Alam  telah  mengajarkan  banyak  hal  kepada  manusia  maka  dari  itu  tidak  salah  apabila  alam  dijadikan  sumber  belajar.  Alam  dengan  segenap  khazanahnya  mampumenjadisumberbelajarterutama bagi pembentukan karakter peserta  didik. Maka untuk lebih bermakna dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat penting melaksanakan pembelajaran dengan membawa dan menggunakan alam sebagai sumber belajar. Guru harus mampu merancang kegiatan pembelajaran PAI dengan memanfaatkan alam, baik peserta didik dibawa kealam terbuka atau membawa apa yang ada di alam kedalam kelas. Contoh: Peserta didik di ajak keluar kelas dan diiringi dengan worksheet atau membawa buah-buahan/ sayur-sayuran/ bumbu dapur/binatang kecil yang tidak membahayakan kedalam kelas tetap diiringi dengan worksheet dan harus sesuai dengan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dapat kita simpulkan bahwa Alam sebagai Sumber pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat cocok dalam kegiatan pembelajaran, karena bendanya nyata dan bisa membentuk katakter peserta didik.. Materi PAI lebih mengutamakan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
            Jadi manfaat Sumber Pembelajaran itu adalah Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada pesert didik, dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung dan konkret. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas maupun diluar kelas, juga dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru serta membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup mikro maupun makro sehingga bisa memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
            Kemudian Dalam memilih sumber pembelajaran harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:Ekonomis,Praktis, Mudah, Fleksibel,  sesuai dengan tujuan

D.    SIFAT PENGAJARAN
Sifat pengajaran pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum  mempunyai sifat-sifat atau karakteristik yang membedakan dengan pengajaran lainnya , hal tersebut tercermin dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang ciri-ciri tersebut antara lain sebagai berikut:[26]
1.      Kurikulum PAI mempunyai dua sisi muatan
Dua sisi muatan dalam kurikulum PAI yang dimaksud adalah: (a) sisi muatan keagamaan berisi wahyu Ilahi dan sunah Rasul yang bersifat mutlak dan berada di luar jangkauan akal dan indera manusia (beyond of human’s mind and instinct).  Wahyu Allah swt dan sunah Rasul saw berfungsi memberikan petunjuk kepada manusia dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya. Dan cara-cara mengadakan hubungan antar sesama makhluk Allah lainnya dan lingkungan hidupnya. (b) sisi muatan pengetahuan yang berisi  hal-hal yang dapat di usahakan manusia dalam bentuk pengalaman factual maupun pengalaman berfikir. Pengetahuan yang dimaksud ada kemungkinan hasil analisis dari wahyu ilahi atau sunah Rasul (tafsir) atau mungkin pula hasil analisis dari lingkungan alam sekitarnya.
Peranan kurikulum PAI dalam hal ini ialah mengupayakan agar kedua muatan diatas dapat lebih dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.   Kurikulum PAI bersifat memihak, tidak netral/moderat
Kurikulum PAI mempunyai garis yang jelas dan tegas (qath’I dan mutlak), jika dalam ajaran islam sesuatu tersebut ditetapkan sebagai wajib, maka semua umat islam berkewajiban untuk melaksanakannya, demikian pula sebaliknya, jika dalam ajaran islam menegaskan bahwa sesuatu itu haram dan harus ditinggalkan, maka semua kaum muslimin wajib meninggalkannya. Bagi orang yang melanggar kewajiban dan larangan yang telah digariskan dalam islam konsekwensinya ia akan mendapat sanksinya tidak didunia diakhirat sudah pasti.
Berbeda dengan kurikulum umum, ia bersifat netral atau moderat artinya tidak memihak, dengan demikiaan kurikulum tersebut diberikan kepada siswa terserah mereka, apakah pengetahuan yang diperolehnya mau diamalkan atau tidak hal ini didasarkan kepada untung dan rugi dan pertimbangan pribadi yang bersangkutan.
3.      Kurikulum PAI mengarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia
Ajaran islam yang bersumber wahyu ilahi sangat menekankan kepada umatnya agar mereka mempunyai akhlak yang mulia. Kriteria untuk menentukan apakah akhlak seseorang itu terpuji atau tercela ialah kriteria yang terdapat didalam ayat-ayat Al-Quran dan sunah Rasul. Kriteria dari dua sumber tersebut bersifat pasti dan permanen dan tidak berubah-ubah sampai kapanpun. Sementara kurikulum umum lebih bersifat atas pertimbangan akal pikiran.



4.      Kurikulum PAI bersifat fungsional terpakai sepanjang masa
Agama bagi seseorang dalam tingkatan status apapun, baik ia orang kaya, atau orang miskin, pejabat atau rakyat jelata, pada saat bagaimanapun saat gembira atau sedih, sehat atau sakit. Pengetahuan agama ini tetap aktual dan fungsional, terpakai dalam seluruh aspek kehidupan. Tidak ada satu ajaran yang sekomplit dan selengkap ajaran islam, yaitu seorang muslim diatur oleh islam sejak dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, dari hal-hal yang kecil masuk ke WC sampai kepada menjadi dan mengelola negara semua diatur dalam islam. Aturan-aturan tersebut 14 abad yang silam sampai sekarang dan yang akan datang akan tetap uptodate dan fungsional. Ajaran islam yang terkandung dalam kurikulum PAI berfungsi untuk memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Berbeda kurikulum pengetahuan lain yang bersifat nisbi dan relatif berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi tertentu. Tidak jarang kita menemukan teori-teori yang dianggap hebat dan menggemparkan dunia namun belakangan ini teori-teori tersebut tertolak. Bahkan ada sesuatu yang dianggap buruk pada masa lalu dianggap masalah biasa atau baik sekarang, atau sebaliknya.
5.  Materi kurikulum PAI sudah ada pada setiap peserta didik sejak dari rumah
Peserta didik yang tinggal dirumah bersama-sama dengan keluarganya sebenarnya secara langsung atau tidak langsung. Mereka sudah terisi pengetahuan agamanya, apa yang telah dimiliki peserta didik harus menjadi perhatian guru. Pengajaran kurikulum PAI  disekolah berfungsi mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik agar lebih berkembang secara optimal dan meluruskan pengetahuan peserta didik yang kurang tepat. Dengan demikian pengajaran agama di sekolah tidak memulai dari nol sama sekali. Tetapi karena peserta didik datangnya dari macam-macam keluarga yang pengetahuan, penghayatan, dan pengamalan agama bervariasi, maka guru harus dapat menyamakan persepsi mereka terlebih dahulu.
E.     Nilai-Nilai Pengajaran
Pendidikan Islam bertujuan untuk menginformasikan, mentransformasikan serta menginternalisasikan nilai-nilai Islami. Dengan demikian pendidik diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan segi-segi kehidupan spiritual yang baik dan benar dalam rangka mewujudkan pribadi muslim seutuhnya dengan ciri-ciri beriman, taqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil dan bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penyusunan strategi pendidikan yang terencana dan sistematis, antara lain menyusun materi-materi yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan berfikir peserta didik serta menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien.
Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada didalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan sesorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan lain sebgainya. Pandangan seseorang tentang semua itu tidak bisa diraba , kita hanya bisa mengetahui dari perilaku yang bersangkutan.[27]
Dengan demikian, bahwa nilai-nilai pengajaran minimal yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan antara lain:[28]
1.      Religius:
                        Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.      Jujur:
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3.      Toleransi:
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.      Disiplin:
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.      Kerja Keras:
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Kreatif:
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
6.      Mandiri:
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Demokratis:
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
7.      Rasa Ingin Tahu:
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
8.      Semangat Kebangsaan:
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
9.      Cinta Tanah Air:
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
10.  Menghargai Prestasi:
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
11.  Bersahabat/Komunikatif:
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
12.  Cinta Damai:
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.  Gemar Membaca:
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
14.  Peduli Lingkungan:
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
15.  Peduli Sosial:
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
16.  Tanggung Jawab:
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu kita sepakati bersama, bahwa dalam pendidikan Islam sangat perlu sekali melestarikan dan mengembangkan kerangka dasar nilai-nilai Islami pada peserta didik agar terbentuk pribadi seutuhnya sehingga dapat menjadi sumber daya insani yang berkualitas bagi pembangunan dan tata kehidupan masyarakat mendatang. Menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan khaliqNya, sehingga selalu mendapat ridhaNya.[29] Amin.
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Adapun Karakteristik Ajaran Islam adalah meliputi bidang keagamaan, akidah, ibadah, sosial ekonomi, politik dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Kemudian Sumber Primer Pembelajaran Pendidikan Islam itu adalah Orang atau nara sumber,Al-Quran , As-sunnah, Alam,  objek, Bahan cetak dan Non cetak. Yang semuanya itu  mengarah kepada tujuan  tertinggi pembelajaran pendidikan Agama Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.

B.     Saran
Akhirnya, untuk Allah SWT jualah semua pengabdian, hidup dan mati kami. Semua ide dan gagasan baik yang ada dalam makalah ini adalah miliknya, dan semua khilaf yang mungkin ada dalam makalah ini adalah milik kami sendiri, dan kepada pembaca kami mohon kritik dan sarannya yang konstruktif, sekiranya ada dalam makalah ini banyak salah dan janggal yang harus diperbaiki dikesempatan berikutnya.

Wallahu A’lam Bisshawab






DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran
Al-Hadis
Abuddin Nata, 2010, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Arifin, 1987, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta, PT.  Biona Aksara
Abu Achmadi, 1921,  Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, PT. Aditya Media
Ahmad Tafsir, 2008, Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung, PT. Maestro, cetakan ke-1
Abdullah Nashih Ulwan, 2006, Pedoman Pendidikan anak dalam islam, Bandung, PT. Asy-Syifa
Hasbullah, 2003, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Heri Gunawan, 2013, Kuriulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung, PT. Alfabeta
Harun Nasution, 1980, Islamolgi(Ilmu Kalam), Jakarta, PT. UI Press
M. Ngalim Purwanto,2002, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis.. Bandung, PT Remaja Rosda Karya
M. Arifin,191,  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumu Aksara
Mudasir, 2012, Desain Pembelajaran, Air Molek Riau ,  PT. Stai Nurul Falah Press
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399 di unduh pada tanggal 14 April 2015
http://bdkpadang.kemenag.go.idalam-sebagai-sumber-pembelajaran-pai di unduh Pada tanggal 15 April 2015
Rama Yulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam,  Jakarta, PT. Kalam Mulia
Rama Yulis, 2010, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT Kalam Mulia
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam
Wina Sanjaya, 2010, Strategi Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, PT. Kencana
Wina Sanjaya, 2009, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, PT. Kencana
Yusuf Al-Qardawi, 1977, Iman dan Kehidupan, Terj. H. Fachruddin Hs, Dari jdul Al-Iman wa Al-Hayat, Jakarta, PT. Bulan Bintang






[1] HR Ibnu Sam'ani dalam Adab al-Imla dari Ibnu Mas'ud
[2] Muhammad iqbal adalah salah seorang intelektual mslim dari Pakistan yang pemikirannya dalam bidang keislaman banak dikenal, antara lain melalui karyanya berjudul “ The Reconstruction of Reigious Thought in Islam” dan diterjemahkan leh Ali Audah dkk, dalam Bahasa Indonesia di tahun 60-an dengan judul “Membangun Kembali Pikiran Agama Islam”, dalam bukunya beliau berbicara masalah Ibadah, kemanusiaan kebudayaan, dan gerakan dalam struktur Islam melalui pendekatan Filosofis dan Sufistik.
[3] Misalnya Ali Syariati, disamping beliau memahami ajaran Islam itu sendiri beliau juga paham tentang maslah Sosiologi yang orientasinya adalah agar masyarakat bisa menjadi Masyarakat yang Ideal dan Manusia yang Ideal.
[4] Abuddin Nata, 2010, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, h.77
[5] Yusuf Al-Qardawi, 1977, Iman dan Kehidupan, Terj. H. Fachruddin Hs, Dari jdul Al-Iman wa Al-Hayat, Jakarta, PT. Bulan Bintang, h. 25
[6]Bacalah dengan nama Tuhan yang menjadikan.   Menjadikan manusia dari segumpal darah   Menjadikan manusia dari segumpal darah.   Bacalah, dan tuhanmu yang maha pemurah. Yang mengejar dengan qalam. Dia mangajar manusia sesatu yang tidak diketahui (QS. Al-Alaq Ayat 1-5)
[7] M. Arifin,191,  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumu Aksara, h.222
[8] Hasbullah, 2003, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, h. 4
[9] M. Ngalim Purwanto,2002, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis.. Bandung, PT Remaja Rosda Karya,h. 3
[10]Arifin, 1987, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta, PT.  Biona Aksara, h. 13
[11]Abu Achmadi, 1921,  Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, PT. Aditya Media, h. 65
[12] QS. Dzariyat ayat 56
[13] QS. Al-An’am Ayat 165
[14]Al-Qashas Ayat 77
[16] Heri Gunawan, 2013, Kuriulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung, PT. Alfabeta, h. 189
[17]http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399 di unduh pada tanggal 14 April 2015
[18] Wina Sanjaya, 2009, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, PT. Kencana, 146-149.
[19] Rama Yulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam,  Jakarta, PT. Kalam Mulia, h. 216
[20] Rama Yulis, 2010, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT Kalam Mulia, h. 141
[21] QS, As-Suara Ayat 192-193
[22] Harun Nasution, 1980, Islamolgi(Ilmu Kalam), Jakarta, PT. UI Press, h. 80
[23] Abuddin Nata,Op.  cit., h. 76
[24]http://bdkpadang.kemenag.go.idalam-sebagai-sumber-pembelajaran-pai di unduh Pada tanggal 15 April 2015
[25] Ahmad Tafsir, 2008, Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung, PT. Maestro, cetakan ke-1
[26] Abdullah Nashih Ulwan, 2006, Pedoman Pendidikan anak dalam islam, Bandung, PT. Asy-Syifa, h. 15
[27] Wina Sanjaya, 2010, Strategi Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, PT. Kencana, h. 274
[28] Mudasir, 2012, Desain Pembelajaran, Air Molek Riau ,  PT. Stai Nurul Falah Press, h. 47
[29]Tim Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam, h. 125.

Artikel Terkait

First